TUGAS INDIVIDU
Jenis Produk dan Nama Perusahaan serta Permasalahan pada Pasar Persaingan Sempurna, Monopoli, Oligopoli & Monopolistik
Mawadda
1510657
Akuntansi/II A
Dosen : Librina Tria Putri, SE, MM
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI (STIE)
BANGKINANG
TAHUN AKADEMIK 2017/2018
KATA PENGANTAR
Assalaamu’alaikum warahmatullahi wabarakaatuh.
Bismillaahirrahmaanirraahiim.
Syukur Alhamdulillah, puja dan puji hanya layak tercurahkan kepada Allah Subhaanahu wa Ta’ala atas semua limpahan nikmat dan karunia-Nya dan Shalawat serta salam tercurahkan kepada Rasulullah Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam, manusia istimewa yang seluruh perilakunya layak diteladani, yang seluruh ucapannya adalah kebenaran, yang seluruh getar hatinya adalah kebaikan. Sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas ini tepat pada waktunya.
Tugas ini dibuat dalam rangka mengikuti Program Pembelajaran Teori Ekonomi mengenai Jenis Produk dan Nama Perusahaan pada empat macam pasar.
Banyak kesulitan dan hambatan yang penulis hadapi dalam menyelesaikan tugas individu ini tetapi dengan semangat dan kegigihan serta arahan, bimbingan dari berbagai pihak sehingga penulis mampu menyelesaikan tugas mandiri ini dengan baik, oleh karena itu pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada: Ibu Librina Tria Putri,SE MM. Selaku Dosen Pengasuh.
Penulis menyimpulkan bahwa makalah ini masih belum sempurna, oleh karena itu Penulis menerima saran dan kritik, guna kesempurnaan makalah ini dan bermanfaat khususnya bagi Penulis dan Pembaca pada umumnya.
Bangkinang Kota, 25 Maret 2018
PENULIS
PERTANYAAN :
1. Carilah contoh jenis produk dan nama perusahaan yang termasuk kategori pasar : Pasar Persaingan Sempurna, Pasar Monopoli, Pasar Oligopoli, Pasar Persaingan Monopolistik!
2. Carilah masing-masing 2 kasus permasalahan ataupun kinerja perusahaan dari 4 (empat) tipe pasar tersebut!
JAWABAN :
1) Contoh jenis produk dan nama perusahaan yang termasuk ke dalam 4 macam pasar :
A. Pasar Persaingan Sempurna
Beberapa contoh barang yang dijual di pasar persaingan sempurna adalah hasil pertanian seperti beras, kentang, gandum, sayur mayur dan lain-lain. Nama perusahaan penjual beras yaitu PT. Khalifa Global Indonesia (Banten, Kota Tangerang), PT Karya Baru Indonesia (Jakarta Timur), PT Gatra Panca Utama (Jakarta Selatan) dan sebagainya. Di bidang pertanian : PT Astra Agro Lestari Tbk, PT Perusahaan Perkebunan London Sumatra Tbk.
B. Pasar monopoli
Contoh Produk yang dihasilkan pada pasar monopoli adalah windows, listrik, rel kereta api, bahan bakar minyak. Contoh perusahaan pada pasar monopoli adalah perusahaan -perusahaan milik Negara seperti Perusahaan Listrik Negara (PLN), Perusahaan Kereta Api (PT.KAI), Microsoft Corporation dan PT Pertamina (Persero).
C. Pasar oligopoli
Contoh produk yang dihasilkan pada pasar oligopoli adalah : semen, air mineral, mobil dan sepeda motor, rokok, industri telekomunikasi.
Nama perusahaan penghasil semen adalah : PT Semen Indonesia Tbk (Persero).
Nama perusahaan penghasil air mineral dalam kemasan seperti PT Aqua Golden Mississippi Tbk, PT Tri Jaya Manunggal, PT Tirta Utama Jaya dan sebagainya.
Nama perusahaan penghasil rokok adalah : PT. HM Sampoerna Tbk, PT Bentoel Prima, PT Gudang Garam Tbk, PT Djarum.
Nama perusahaan produsen mobil dan sepeda motor adalah : Honda Motor Company Ltd, Toyota Motor Corporation, BMW (Bavarian Motor Works), General Motor Corporation, Mazda Motor Corporation, Nissan Motor Company Ltd, Yamaha, Kawasaki, Suzuki dan sebagainya.
Pasar Oligopoli terbagi dua antara lain :
• Pasar oligopoli murni (pure oligopoly)
Ini merupakan praktek oligopoli dimana barang yang diperdagangkan merupakan barang yang bersifat identik, misalnya praktek oligopoli pada produk air mineral dalam kemasan atau semen.
•Pasar oligopoli dengan pembedaan (differentiated oligopoly)
Pasar ini merupakan suatu bentuk praktek oligopoli dimana barang yang diperdagangkan dapat dibedakan, misalnya pasar sepeda motor di Indonesia yang dikuasai oleh beberapa merek terkenal seperti Honda, Yamaha dan Suzuki. Produk-produk air mineral dalam kemasan merupakan salah satu contoh bentuk praktek pasar oligopoli murni, sebab produk yang ditawarkan merupakan barang yang bersifat identik.
D. Pasar monopolistik
Contoh produk yang dihasilkan pada pasar monopolistik adalah sabun, pasta gigi, minyak goreng dan sebagainya. Nama perusahaan dalam pasar monopolistik adalah : PT. Unilever Indonesia Tbk, PT Indofood CBP Sukses Makmur.
2) Dua kasus permasalahan ataupun kinerja perusahaan dari 4 (empat) tipe pasar tersebut :
A. Kasus Pasar Persaingan Sempurna
Kasus 1
Kenaikan harga daging
Sebagaimana kita ketahui bahwa beberapa minggu terakhir, kenaikan harga daging sapi melonjak sekitar Rp 90.000,00/kg – Rp 100.000,00/kg terutama di wilayah Jakarta. Hal tersebut menyebabkan para pedagang mogok berjualan. Mantan Menteri Pertanian (Mentan) Bungaran Saragih menilai fenomena kenaikan harga daging sapi yang terjadi beberapa waktu belakangan ini merupakan dampak dari terbatasnya suplai daging. Menurut Bungaran, hal ini erat kaitannya dengan pembatasan kuota impor daging sapi dan minimnya produksi dalam negeri. Sikap mogok jualan ini diakui Ketua Asosiasi Pengusaha dan Pedagang Daging Sapi Seluruh Indonesia (Apdasi) Jawa Barat, Dadang Iskandar karena harga yang sulit untuk dijangkau.
Selain itu, pasokan daging sapi potong di rumah potong hewan (RPH) pun semakin menipis. Maka wajar jika di beberapa pasar tradisional, jarang ditemukan penjual daging sapi potong yang menjajakan dagangannya. Sementara itu, pedagang yang tergabung dalam Asosiasi Pedagang Daging Indonesia mencurigai ada yang memanfaatkan momentum dengan menaikkan harga daging sapi. Kenaikan harga daging menjelang akhir tahun ini dinilai tidak wajar karena harga di beberapa negara lain lebih murah daripada harga daging di Indonesia.
Dari contoh kasus di atas, penjualan daging termasuk dalam ciri-ciri pasar persaingan sempurna. Contohnya pedagang dapat memutuskan untuk berhenti berjualan sampai kondisi pasar benar-benar stabil. Menghasilkan barang serupa, karena tidak ada perbedaan yang terlalu nampak. Terdapat banyak perusahaan di pasar dalam hal ini peternak sapi yang menyalurkan daging sapi. Pembeli mempunyai pengetahuan yang sempurna mengenai pasar.
Dalam kasus ini pembeli sudah mengetahui terjadinya kenaikan harga daging sapi melalui informasi dari media. Sehingga, mereka cenderung mengurangi konsumsi daging sapi dan kurangnya permintaan pasar. Menyebabkan keuntungan yang diperoleh oleh penjual menjadi berkurang dan pendapatan mereka relatif sama.
Kasus 2
Produsen tahu tempe dan kenaikan harga kedelai
Pusat Koperasi Perajin Tahu Tempe Indonesia (Puskopti) Jateng mendesak pemerintah segera merealisasikan pelimpahan kewenangan kepada Badan Urusan Logistik (Bulog) untuk mengendalikan harga empat komoditas. Beras, gula, jagung, dan kedelai. Realisasi pelimpahan itu sangat penting guna mengendalikan harga kedelai, salah satu komoditas yang saat ini memicu isu hangat, agar tidak terus melonjak tinggi. "Kabarnya saat ini, keputusannya masih menjadi evaluasi tim yang dibentuk pemerintah. Kami berharap agar secepatnya direalisasikan," ujar Sekretaris Puskopti Jateng Rifai, Selasa (4/9). Dikatakan, prediksi Bank Investasi Goldman Sachs tanggal 10 Agustus lalu, harga komoditas kedelai masih akan melambung tinggi. Diprediksi harga kedelai akan mencapai angka Rp 8.700 di tingkat pengecer, dan Rp 8.400 di tingkat distributor. Harga normal di kisaran Rp 5.000 - Rp 6.000.Ketua Puskopti Jateng Sutrisno Supriyantoro mengatakan, melambungnya harga kedelai akan menjadi salah satu isu penting yang akan dibahas dalam rapat kerja Gabungan Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia (Gakoptindo) tahun ini.
Dari contoh kasus di atas, produsen tahu tempe termasuk dalam ciri-ciri pasar persaingan sempurna yaitu terdiri dari banyak penjual dan banyak pembeli, bahkan penjual tergabung dalam Gabungan Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia (Gakoptindo), setiap perusahaan mudah keluar atau masuk pasar.
Contohnya pedagang dapat memutuskan untuk berhenti berjualan sampai kondisi pasar benar-benar stabil. Pembeli mempunyai pengetahuan yang sempurna mengenai pasar. Dalam kasus ini pembeli sudah mengetahui terjadinya kenaikan harga kedelai melalui informasi dari media dan meningkatnya harga tahu dan tempe. Sehingga, mereka cenderung mengurangi konsumsi tahu dan tempe dan kurangnya permintaan pasar. Menyebabkan keuntungan yang diperoleh oleh penjual menjadi berkurang dan pendapatan mereka relatif sama.
B. Kasus Pasar Monopoli
Kasus 1
Monopoli Berlian DeBeers
Sebuah contoh klasik dari monopoli yang muncul akibat kepemilikan suatu sumber daya pokok adalah DeBeers, perusahaan berlian di Afrika Selatan. DeBeers mengontrol sekitar 80 persen dari total produksi berlian di seluruh dunia. Meskipun DeBeers tidak bisa menguasai pasar 100 persen. DeBeers punya pengaruh yang cukup besar dalam menentukan harga jual berlian.
Seberapa besar kekuatan pasar yang dimiliki DeBeers? Jawabannya bergantung pada ada atau tidaknya barang substitusi yang bisa menggantikan produknya. Jika masyarakat menganggap bahwa zamrud, rubin, dan safir adalah barang substitusi berlian, maka kekuatan pasar DeBeers tidaklah besar. Jika demikian adanya, ketika DeBeers menaikkan harga jual berlian, maka pilihan masyarakat akan berpindah ke batu permata lainnya. Tetapi jika masyarakat menganggap bahwa batu permata yang lain berbeda dengan berlian, maka DeBeers punya pengaruh besar terhadap harga yang diproduksinya.
DeBeers membayar mahal untuk mengiklankan produknya. Awalnya, tindakan ini tampak mengejutkan. Jika si pemonopoli adalah penjual satu-satunya dari barang tersebut, apa gunanya melakukan pengiklanan? Tujuan DeBeers adalah untuk mendiferensiasikan berlian dari batu permata yang lain dalam pikiran konsumen. Saat mereka beslogan, “Berlian adalah abadi”, mereka ingin menekankan bahwa keabadian tidak dapat diperoleh dari zamrud, rubin, atau safir. (Perhatikan bahwa slogan ini berlaku untuk semua berlian, tidak hanya berlian DeBeers justru inilah yang menunjukkan posisi monopoli mereka). Jika iklan tersebut sukses, maka konsumen akan memandang berlian sebagai sesuatu yang unik, yang berbeda dari batu permata lainnya, dan pada akhirnya persepsi tersebut akan memberikan kekuasaan pasar yang lebih besar lagi pada DeBeers.
Kasus 2
Monopoli Google
Federal Trade Commission (FTC) telah menyewa seorang pengacara berpengalaman untuk membantu pimpinan penyelidikan dugaan monopoli atau anti trust yang dilakukan Google atas dominasinya di iklan pencarian internet. Bet Wilkinson mitra Paul, Weiss, Rifkind, Wharton & Garrison LLP dan mantan jaksa Departemen Kehakiman telah mendorong untuk untuk menyelidiki kasus Google. Namun, juru bicara Google mengomentari tentang informasi tersebut. Tahun lalu, komisi ini melakukan investigasi apakah Google memanipulasi hasil pencarian web untuk pengguna langsung kebeberapa website layanannya. Google telah menghadapi beberapa permasalahan monopoli dalam beberapa tahun terakhir. Para pesaing Google yang menangani sekira dua dari setiap tiga pencarian web di AS menyatakan perusahaan asal California tersebut menggunakan posisi dominannya untuk mempromosikan produk lain, seperti peta, perjalanan dan belanja.
Dengan pangsa pasar hingga 70 persen di AS, 75 persen pencarian iklan dan 95 persen pencarian mobile, tidak heran Google mendapat tuntutan monopoli. Namun monopoli versi Google di hukum AS tidak melanggar hukum. Pemerintah harus bisa membuktikan tuduhan bahwa Google menggunakan kekuatan monopoli dengan cara yang tidak kompetitif untuk mengambil pangsa pasar. Ini lah yang sulit. Dalam kasus Google, perusahaan ini termasuk dalam katagori ‘natural monopoly’ atau sebuah kondisi dimana biaya teknologi yang digunakan untuk produksi amat efisien dan terkonsentrasi pada satu bentuk. Sehingga dalam beberapa kasus, perusahaan yang melakukan hal tersebut menikmati posisinya sebagai penguasa pasar. Google bisa dikatagorikan sebagai monopoli alamiah karena memiliki model ekonomi yang unik.
Semakin banyak prang melakukan pencarian di internet, makin banyak data yang terkumpul dan membuat alogaritmanya menghasilkan data yang jauh lebih baik dan lebih akurat. Semakin banyak orang menggunakan Google, nilai jual Google untuk para pengiklan juga makin banyak. Jadi baik dari sisi konsumen maupun pengiklan berada dalam titik seimbang.
Dan karena kebanyakan produk Google ditawarkan dalam bentuk gratis, maka sulit untuk mengatakan bahwa Google merugikan konsumennya karena monopoli yang dilakukannya. Namun faktor tersebut bukan satu-satunya faktor yang dipertimbangkan dalam praktek monopoli. Jika Google dinilai melakukan sesuatu yang bisa mengeluarkan salah satu saingannya dari pasar dan terbukti mengurangi kompetitor dan pilihan bagi konsumen, maka Google bisa dinyatakan melakukan praktek monopoli.
Pertanyaan utama dalam sidang para Senator tersebut adalah apakah Google memanfaatkan dominasinya dalam mempromosikan produk mereka dan mendepak kompetitor lain. Apakah Google Places membuat Yelp merugi? atau apakah Google Product Search menghancurkan NextTag?. Jawabannya memang iya. Dalam kasus Yelp, seperti yang dituturkan CEO Yelp Jeremy Stoppelman dalam sidang, Google menggunakan cuplikan dari review Yelp untuk membangun Google Places. Yelp memprotes, namun Google berkata bahwa jika Yelp tidak suka maka Google bisa memblokade hasil pencarian Yelp di pencarian Google. Tentu ini pilihan yang sulit sebab 75 persen trafik Yelp berasal dari Google. Hal seperti ini juga yang terjadi dalam Google Finance. Jika dilihat dari faktor tersebut, maka Google jelas melakukan praktek monopoli. Namun Google menampik tuduhan dengan berkata bahwa hak bagi setiap perusahaan yang mau mempromosikan produk barunya.
Namun meskipun Google membuat beberapa kompetitor keluar dari pasar, bukan berarti Google merusak pasar. Bagaimana pun Google selalu mengganti alogaritmanya, jadi jika ada situs yang tiba-tiba trafiknya naik atau pun turun, itu merupakan hasil alamiah, bukan sesuatu yang Google buat.
Mencoba membuktikan siapa yang menyediakan layanan lebih baik—dalam hal ini Google atau Yelp—merupakan hal yang sangat subjektif. Selama Google dapat membuktikan bahwa mereka mencoba menyediakan hasil terbaik untuk konsumen, maka akan sangat sulit bagi Senat untuk membuktikan tuduhan monopoli. Meskipun misalnya Google mempergunakan kekuatan monopolinya, maka akan sulit mencari formula untuk mengurangi dominsi Google dan meningkatkan kompetisi pasar.
C. Studi Kasus Pasar Oligopoli
Kasus 1
OPEC dan Pasar Minyak Dunia
Cerita kita tentang suatu pasar air di suatu kota adalah fiksi belaka, tapi ketika kita mengubah air menjadi minyak mentah, Jack dan Jill menjadi Iran dan Irak, cerita ini semakin mendekati kenyataan. Kebanyakan persediaan minyak dunia hanya diproduksi oleh sedikit Negara dari kawasan Timur Tengah. Negara – negara ini secara bersama membentuk suatu oligopoli. Keputusan – keputusan mereka perihal seberapa banyak minyak yang diproduksi sama dengan keputusan yang dibuat oleh Jack dan Jill mengenai seberapa banyak air yang diproduksi.
Negara-negara yang memproduksi sebagian besar minyak dunia telah membentuk suatu kartel, disebut Organization of Petroleum Exporting Countries (OPEC). Awalnya dibentuk pada tahun 1960, OPEC beranggotakan Iran, Irak, Kuwait, Arab Saudi dan Venezuela. Setelah tahun 1973, delapan Negara lain pun bergabung, Qatar, Indonesia, Libya, Uni Emirat Arab, Algeria, Nigeria, Ekuador, dan Gabon. Negara-negara ini mengontrol sekitar tiga perempat persediaan minyak dunia. Sebagaimana kartel-kartel lainnya. OPEC mencoba meningkatkan harga barangnya dengan cara yang terorganisasi, yaitu mengurangi jumlah minyak yang diproduksi. OPEC mencoba mengatur tingkat produksi setiap Negara anggotanya.
Masalah yang dihadapi OPEC sama dengan masalah yang dihadapi Jack dan Jill pada cerita kita. Negara-negara OPEC ingin menjaga harga minyak tetap tinggi, tetapi satiap anggota dari kartel ini ingin meningkatkan produksinya supaya mendapatkan bagian pasar yang lebih besar, dan keuntungan lebih besar. Para anggota OPEC sering bersepakat untuk menurunkan jumlah produksinya tetapi saling menipu satu sama lain, mencurangi kesepakatan yang telah diraih.
OPEC sangat sukses memelihara kerja sama dan harga minyak yang tinggi selama periode 1973 hingga 1985. Harga minyak mentah naik dari $2,64 per barel pada tahun 1972 menjadi $11,17 di tahun 1974, dan kemudian menjadi $35,10 di tahun 1981. Tetapi pada awal 1980-an Negara-negara anggota anggotanya mulai berselisih paham mengenai tingkat produksi, sehingga OPEC menjadi tidak efektif lagi dalam memelihara kerja sama. Pada tahun 1986, harga minyak mentah turun menjadi $12,52 per barel.
Pada tahun-tahun belakangan ini, para Negara anggota OPEC tetap sering mengadakan pertemuan, tetapi kartel ini sudah tidak sesukses dulu dalam mencapai dan menjaga kesepakatan bersama. Harga minyak mentah, diseduaikan dengan inflasi keseluruhan, tetap rendah di bawah tingkat yang pernah dicapai OPEC pada 1981. Sementara itu, kurangnya kerja sama antarnegara penghasil minyak ini menyebabkan mereka mengalami kerugian, namun keuntungan bagi para konsumen di seluruh dunia.
Kasus 2
Kasus Microsoft
Kasus terpenting dan paling kontroversial selama beberapa tahun belakangan ini adalah kasus antara pemerintah AS melawan Microsoft Corporation, diajukan pada tahun 1998. Tentu saja kasus ini sangat dramatis. Kasus ini memperhadapkan salah satu orang terkaya di dunia (Bill Gates) dengan salah satu organisasi penegak hukum yang paling kuat (Departemen Kehakiman AS), pemberi kesaksian di pihak pemerintah adalah seorang ekonom terkemuka (Profesor MIT Franklin Fisher), pemberi kesaksian di pihak Microsoft adalah seorang ekonom yang tidak kalah terkemuka (Profesor MIT Richard Schmalensee), dan yang berada di ujung tanduk adalah masa depan salah satu perusahaan paling bernilai di dunia (Microsoft) dalam salah satu industri paling berkembang dalam perekonomian (peranti lunak computer).
Satu isu sentral dalam kasus Microsoft ini melibatkan praktik penggabungan produk-khususnya, mengenai apakah Microsoft boleh mengintegrasikan program Internetnya dalam sistem operasi Windowsnya. Pemerintah berpendapat bahwa Microsoft menggabungkan kedua produk ini untuk mengembangkan kekuasaan pasar yang dimilikinya di pasar sistem operasi computer ke pasar lain yang tidak berhubungan (program Internet). Dengan memperbolehkan Microsoft untuk mengintegrasikan produk Internet ini ke dalam sistem operasinya, kata pemerintah, perusahaan-perusahaan peranti lunak lainnya, seperti Netscape, akan semakin sulit memasuki pasar dan menawarkan produk-produk baru.
Microsoft merespon hal ini dengan menunjukkan bahwa menambahkan suatu fitur baru ke dalam produk yang lama adalah hal yang lazim dalam kemajuan teknologi. Mobil-mobil sekarang ini dijual berikut sistem stereo dan penyejuk udara, yang awalnya dijual terpisah, dan kamera dijual berikut lampu kilatnya. Hal ini juga berlaku pada sistem operasi. Seiring berjalannya waktu, Microsoft telah menambahkan fitur-fitur ke dalam Windows yang yang tadinya dijual sebagai produk terpisah. Hal ini telah menjadikan computer semakin dapat diandalkan dan mudah digunakan karena konsumen bisa merasa yakin bahwa program-program tersebut dapat digunakan secara bersamaan. Integrasi teknologi Internet, menurut Microsoft, adalah langkah selanjutnya yang lazim dilakukan.
Satu pokok yang menyebabkan perselisihan paham adalah batasan-batasan dari kekuasaan pasar Microsoft. Dengan mencatat bahwa lebih dari 80 persen PC (Personal Computer) yang dijual di pasar menggunakan sistem operasi Microsoft, pemerintah mengemukakan bahwa perusahaan tersebut memiliki kekuasaan monopoli yang cukup besar, yang sedang diusahakan oleh perusahaan untuk dikembangkan. Microsoft menjawab bahwa pasar peranti lunak selalu berubah dan Windows selalu ditantang oleh berbagai pesaing, seperti Apple Mac dan Linux. Microsoft juga berpendapat bahwa rendahnya harga jual Windows - $50, atau hanya sekitar 3 persen harga PC biasa – adalah bukti bahwa kekuasaan pasarnya sangat terbatas.
Seperti layaknya kasus-kasus antitrust yang besar lainnya, kasus Microsoft menjadi suatu penghambat besar dibidang hokum. Di bulan November 1999, setelah persidangan yang panjang, Hakim Penfield Jackson memutuskan bahwa Microsoft memiliki kekuasaan monopoli yang besar dan bahwa Microsoft telah menggunakan kekuasaan pasar tersebut secara ilegal. Di bulan Juni 2000, setelah tahapan-tahapan peradilan selanjutnya dilakukan, hakim memerintahkan Microsoft untuk berpisah menjadi dua perusahaan– satu yang menjual sistem operasi dan satu lagi yang menjual peranti lunak aplikasi. Setahun kemudian, suatu persidangan banding hasil membatalkan perintah Hakim Jackson dan mendapatkan hakim baru untuk kasus tersebut. Di bulan September 2001, Departemen Kehakiman mengumumkan bahwa mereka tidak mau berusaha memecah kasus tersebut dan ingin segera menyelesaikan kasus ini.
Suatu kesepakatan akhirnya tercapai di bulan November 2002. Microsoft menerima pembatasan-pembatasan tertentu dalam praktik-praktik bisnisnya. Pemerintah menerima keadaan bahwa program Internet menjadi bagian dari sistem operasi Windows.
D. Studi Kasus Pasar Monopolistik
Kasus 1
Periklanan dan Harga Kacamata
Efek yang ditimbulkan iklan terhadap harga suatu barang? Di satu sisi, iklan dapat membuat konsumen melihat suatu produk sebagai sesuatu yang berbeda daripada yang seharusnya. Jika demikian, pasar akan menjadi kurang kompetitif dan kurva permintaan bagi perusahaan-perusahaan ini kurang elastis, sehingga mereka lebih mudah mengenakan harga yang lebih tinggi. Di sisi lain, iklan memudahkan konsumen menemukan perusahaan yang menjual harga terbaik. Pada kasus ini, iklan membuat pasar lebih kompetitif dan kurva permintaan lebih elastis, sehingga harga-harga akan turun.
Dalam suatu artikel yang diterbitkan di Journal of Law and Economics di tahun 1972, ekonom Lee Benham menguji dua pandangan mengenai periklanan ini. Di AS selama tahun 1960-an, berbagai organisasi pemerintah memiliki aturan-aturan berbeda yang berkaitan dengan periklanan yang dilakukan oleh para ahli mata. Beberapa Negara bagian mengizinkan iklan kacamata dan pemeriksaan mata, sementara sebagian besar lain melarangnya. Sebagai contoh, undang-undang di Florida berbunyi :
Tidak sesuai dengan hukum jika seseorang atau perusahaan untuk… mengiklankan produknya secara langsung atau tidak langsung dengan cara apapun mengenai harga atau perjanjian kredit, baik yang pasti maupun tidak pasti, atas lensa kacamata, rangka kacamata, atau jasa pemeriksaan mata apapun… Hal ini dikeluarkan atas pertimbangan kesehatan publik, keamanan, dan kesejahteraan, dan penegakkannya akan dilakukan dengan bebas untuk mencapai tujuan-tujuannya.
Para ahli mata professional dengan gembira mendukung larangan pengiklanan ini. Benham menggunakan perbedaan-perbedaan dalam undang-undang Negara bagian sebagai suatu eksperimen untuk menguji dua pandangan mengenai pengiklanan ini.
Hasilnya mengejutkan! Di Negara bagian yang melarang pengiklanan, harga rata-rata sepasang kacamata adalah $33. (Angka ini tidak serendah kelihatannya, karena angka ini adalah harga di tahun 1963, ketika semua harga jauh lebih rendah daripada harga sekarang. Untuk mengubah nilai harga di tahun 1963 ini menjadi harga sekarang, kalikan angka ini dengan 5).
Di Negara bagian yang tidak mendukung pengiklanan, harga rata-ratanya adalah $26. Maka, pengiklanan ternyara mengurangi harga rata-rata sebesar 20 persen. Di pasar kacamata, dan mungkin di berbagai pasar lainnya, pengiklanan menumbuhkan kompetisi dan menurunkan harga bagi konsumen.
Kasus 2
Periklanan sebagai Tanda Kualitas
Sebagian besar jenis iklan hanya sedikit mengandung informasi mengenai produk yang sedang diiklankan. Misalkan suatu perusahaan ingin memproduksi suatu sereal baru. Biasanya, iklan akan menggunakan seorang aktor yang dibayar mahal untuk makan sereal itu dan mengatakan betapa enak rasanya. Seberapa banyak informasi yang diberikan iklan oleh iklan itu?
Jawabannya adalah : lebih dari yang Anda pikirkan. Para pendukung periklanan berpendapat bahwa iklan yang kelihatannya tidak mengandung informasi apa-apa sebenarnya memberikan konsumen sesuatu mengenai kualitas produknya. Kerelaan perusahaan untuk menghabiskan banyak uang guna melakukan pengiklanan itu sendiri sudah merupakan tanda bagi konsumen mengenai kualitas produk yang ditawarkan.
Bayangkan suatu masalah yang dihadapi oleh dua perusahaan–Post dan Kellogg. Masing-masing perusahaan baru saja mendapatkan suatu resep sereal baru yang bisa dijual seharga $3 satu kotaknya. Untuk menyederhanakan masalah, asumsikan bahwa biaya marginal membuat sereal adalah nol, sehingga $3 itu seluruhnya merupakan keuntungan. Setiap perusahaan tahu bahwa jika mereka menghabiskan $10 juta untuk melakukan pengiklanan, akan ada 1 juta konsumen yang mau mencoba serealnya. Setiap perusahaan juga tahu bahwa jika konsumen menyukai sereal tersebut, mereka akan membeli tidak hanya sekali, tetapi berkali-kali.
Pertama-tama kita lihat keputusan Post. Berdasarkan riset pasar, Post tahu bahwa serealnya memiliki kualitas biasa-biasa saja. Meskipun iklan itu akan menjual masing-masing satu kotak kepada sejuta konsumennya, mereka akan segera menyadari bahwa sereal itu tidak terlalu enak dan akan berhenti membelinya. Post memutuskan bahwa menghabiskan uang $10 juta untuk melakukan pengiklanan tidaklah layak hanya demi mendapatkan $3 juta dari penjualan. Jadi, Post tidak melakukan pengiklanan. Post memerintahkan para ahli makanannya untuk menemukan suatu resep lain.
Kellogg, di sisi lain sadar bahwa serealnya enak. Setiap orang yang mencobanya akan membeli satu kotak untuk satu bulan selama beberapa tahun mendatang. Oleh karena itu, $10 juta yang dibelanjakan untuk iklan akan menghasilkan penjualan senilai $36 juta. Pengiklanan adalah tindakan yang menguntungkan karena Kellogg memiliki produk enak yang akan dibeli oleh konsumen secara berulang-ulang.
Maka, Kellogg memutuskan untuk melakukan pengiklanan. Sekarang, setelah melihat perilaku dari kedua perusahaan ini, mari kita lihat perilaku konsumen. Kita mulai dengan menekankan bahwa konsumen akan tertarik mencoba suatu sereal baru yang diiklankan. Tetapi, apakah perilaku ini masuk akal? Apakah seorang konsumen harus mencoba suatu sereal hanya karena penjualnya mengiklankan sereal itu?
Maka, Kellogg memutuskan untuk melakukan pengiklanan. Sekarang, setelah melihat perilaku dari kedua perusahaan ini, mari kita lihat perilaku konsumen. Kita mulai dengan menekankan bahwa konsumen akan tertarik mencoba suatu sereal baru yang diiklankan. Tetapi, apakah perilaku ini masuk akal? Apakah seorang konsumen harus mencoba suatu sereal hanya karena penjualnya mengiklankan sereal itu?
Nyatanya, bisa jadi hal ini sepenuhnya masuk akal. Di cerita kita, konsumen memutuskan untuk mencoba sereal baru dari Kellogg karena Kellogg melakukan pengiklanan. Kellogg memilih untuk melakukan pengiklanan karena Kellogg menyadari bahwa serealnya enak, sementara Post memilih untuk tidak melakukan pengiklanan karena Post menyadari bahwa serealnya tidak begitu enak. Dengan kerelaannya untuk membelanjakannya demi iklan, Kellogg memberikan tanda kepada konsumen perihal kualitas serealnya. Masing-masing konsumen berpikir, cukup masuk akal. “Wah, jika Kellogg menghabiskan uang begitu banyak untuk mengiklankan produk ini, pasti sereal ini sangat enak”.
Apa yang mengagetkan mengenai teori periklanan ini adalah isi dari iklan tersebut tidaklah relevan. Kellogg menandai kualitas produk mereka dengan kerelaan mereka membayar banyak uang untuk iklan. Apa yang dikatakan oleh iklan itu tidaklah sepenting fakta yang diketahui konsumen, yaitu bahwa melakukan pengiklanan adalah mahal. Sebaliknya, iklan yang murah tidak bisa efektif dalam menyampaikan kualitas suatu produk kepada konsumen. Pada contoh kita, jika ada suatu kampanye iklan memakan biaya kurang dari $3 juta,baik Post maupun Kellogg akan menggunakannya untuk memasarkan sereal mereka. Karena sereal yang enak dan yang biasa-biasa saja akan diiklankan, konsumen tidak dapat melihat perbedaan kualitas antara kedua sereal ini. Lama-kelamaan, konsumen akan mengabaikan iklan murahan seperti itu.
Teori ini dapat menjelaskan mengapa perusahaan-perusahaan membayar mahal aktor-aktor terkenal untuk membuat iklan yang, di kulit luarnya, kelihatannya tidak memberikan informasi sama sekali. Informasi ini tidak terdapat pada isi iklan, melainkan pada keberadaan dan pembelanajan untuknya.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Struktur pasar adalah penggolongan produsen kepada beberapa bentuk pasar berdasarkan pada ciri-ciri seperti jenis produk yang dihasilkan, banyaknya perusahaan dalam industri, mudah tidaknya keluar atau masuk ke dalam industri dan peranan iklan dalam kegiatan industri.
Pada analisa ekonomi dibedakan menjadi pasar persaingan sempurna dan pasar persaingan tidak sempurna.
Pasar persaingan tidak sempurna terbagi atas :
1. Pasar Monopoli
2. Pasar Monopolistik
3. Pasar Oligopoli
Setiap pasar mempunyai ciri yang berbeda-beda. Keunggulan dan kelemahan pasar dapat mempengaruhi suatu pasar ditentukan dari tingkat variasi produk, banyaknya perusahaan pesaing, dan kekuasaan dalam menguasai pasar.
B. SARAN
Penulis menyimpulkan bahwa makalah ini masih belum sempurna, oleh karena itu Penulis menerima saran dan kritik, guna kesempurnaan makalah ini dan bermanfaat khususnya bagi Penulis dan Pembaca pada umumnya. Terima Kasih.
DAFTAR PUSTAKA
http://rinnyviany.blogspot.co.id/2013/05/contoh-kasuspersaingan-sempurna
http://ekonomi.kompas.com./read/2013/05/02/10412637/ini.perusahaan.paling.dikagumi.di.Indonesia
http://perilakuorganisasi.com./jenis-jenis-pasar.html
http://www.alamattelpon.com./2017/10/daftar-100-pabrik-air-minum-mineral-di-Indonesia.html
https://kata.data.co.id/berita/2017/08/05/penjualan-produsen-barang-konsumsi-di-Indonesia-India-vietnam-turun